BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
"Kami, putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia", demikianlah bunyi alenia ketiga sumpah pemuda yang telah dirumuskan oleh para pemuda yang kemudian menjadi pendiri bangsa dan negara Indonesia. Bunyi alenia ketiga dalam ikrar sumpah pemuda itu jelas bahwa yang menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia. Kita sebagai bagian bangsa Indonesia sudah selayaknya menjunjung tinggi bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan republik kita (Alwi, dkk, 2003:1). Dengan menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, berarti kita telah menjunjung tinggi bahasa persatuan seperti yang diikrarkan dalam sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Berbagai alasan sosial dan politis menyebabkan banyak orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasa lain. Dalam perkembangan masyarakat modern saat ini, masyarakat Indonesia cenderung lebih senang dan merasa lebih intelek untuk menggunakan bahasa asing. Hal tersebut memberikan dampak terhadap pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa. Bahasa Inggris yang telah menjadi raja sebagai bahasa internasional terkadang memberi dampak buruk pada perkembangan bahasa Indonesia. Kepopuleran bahasa Inggris menjadikan bahasa Indonesia tergeser pada tingkat pemakaiannya.
Berbagai penyebab pergeseran pemakaian bahasa Indonesia, tidak hanya disebabkan oleh bahasa asing tetapi juga disebabkan oleh adanya interferensi bahasa daerah dan pengaruh bahasa gaul. Dewasa ini bahasa asing lebih sering digunakan daripada bahasa Indonesia hampir di semua sektor kehidupan. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia lebih sering menempel ungkapan “No Smoking” daripada “Dilarang Merokok”, “Stop” untuk “berhenti”, “Exit” untuk “keluar”, “Open House” untuk penerimaan tamu di rumah pada saat lebaran, dan masih banyak contoh lain yang mengidentifikasikan bahwa masyarakat Indonesia lebih menganggap bahasa asing lebih memiliki nilai.
B. Rumusan Masalah
Merujuk dari latar belakang yang dipaparkan di atas maka secara spesifik permasalahan ini dapat dirumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
a) Apa saja penyebab variasi penggunaan bahasa asing di Indonesia?
b) Langkah-langkah Pencegahan Pergeseran Pemakaian bahasa Indonesia
C. Tujuan Penulisan
Pembuatan tulisan ini yang berjudul “ Variasi dan Penggunaan Bahasa Indonesia Beserta Pengaruhnya“ betujuan untuk :
a) Mengetahui penyebab variasi penggunaan bahasa asing di Indonesia
b)Mengetahui cara penyegahan pergeseran pemakaian bahasa Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sebab-sebab Terjadinya variasi penggunaan bahasa asing di Indonesia
a) Interferensi
Heterogenitas Indonesia dan disepakatinya bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional berimplikasi bahwa kewibawaan akan berkembang dalam masyarakat. Perkembanngan ini tentu menjadi masalah tersendiri yang perlu mendapat perhatian, kedwibahasaan, bahkan kemultibahasaan adalah suatu kecenderungan yang akan terus berkembang sebagai akibat globalisasi. Di samping segi positifnya, situasi kebahasaan seperti itu berdampak negatif terhadap penguasaan Bahasa Indonesia. Bahasa daerah masih menjadi proporsi utama dalam komunikasi resmi sehingga rasa cinta terhadap bahasa Indonesia harus terkalahkan oleh bahasa daerah.
Alwi, dkk.(eds.) (2003: 9), menyatakan bahwa banyaknya unsur pungutan dari bahasa Jawa, misalnya dianggap pemerkayaan bahasa Indonesia, tetapi masuknya unsur pungutan bahasa Inggris oleh sebagian orang dianggap pencemaran keaslian dan kemurnian bahasa kita. Hal tersebut yang menjadi sebab adanya interferensi. Chaer (1994: 66) memberikan batasan interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan itu.
Selain bahasa daerah, bahasa asing (baca Inggris) bagi sebagian kecil orang Indonesia ditempatkan di atas bahasa Indonesia. Faktor yang menyebabkan timbulnya sikap tersebut adalah pandangan sosial ekonomi dan bisnis. Penguasaan bahasa Inggris yang baik menjanjikan kedudukan dan taraf sosial ekonomi yang jauh lebih baik daripada hanya menguasai bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Inggris di ruang umum telah menjadi kebiasaan yang sudah tidak terelakkan lagi. Hal tersebut mengkibatkan lunturnya bahasa dan budaya Indonesia yang secara perlahan tetapi pasti telah menjadi bahasa primadona. Misalnya, masyarakat lebih cenderung memilih “pull” untuk “dorong” dan “push” untuk “tarik”, serta “welcome” untuk “selamat datang”.
Sikap terhadap bahasa Indonesia yang kurang baik terhadap kemampuan berbahasa Indonesia di berbagai kalangan, baik lapisan bawah, menengah, dan atas; bahkan kalangan intelektual. Akan tetapi, kurangnya kemampuan berbahasa Indonesia pada golongan atas dan kelompok intelektual terletak pada sikap meremehkan dan kurang menghargai serta tidak mempunyai rasa bangga terhadap bahasa Indonesia.
b) Integrasi
Selain interferensi, integrasi juga dianggap sebagai pencemar terhadap bahasa Indonesia. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Proses integrasi ini tentunya memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya. Contoh kata yang berintegrasi antara lain montir, riset, sopir, dongkrak.
c) Alih Kode dan Campur Kode
Alih kode ( code swiching) dan campur kode (code mixing) merupakan dua buah masalah dalam masyarakat yang multilingual. Peristiwa campur kode dan alih kode disebabkan karena penguasaan ragam formal bahasa Indonesia.
Alih kode adalah beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai (Chaer, 1994: 69). Di antara ke dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun campur kode gejala yang sering merusak bahasa Indonesia adalah campur kode. Biasanya dalam berbicara dalam bahasa Indonesia dicampurkan dengan unsur-unsur bahasa daerah. Sebaliknya juga bisa terjadi dalam berbahasa daerah tercampur unsur-unsur bahasa Indonesia. Dalam kalangan orang terpelajar seringkali bahasa Indonesia dicampur dengan unsur-unsur bahasa Inggris.
B. Langkah-langkah Pencegahan Pergeseran Pemakaian bahasa Indonesia
a) Menjadikan Lembaga Pendidikan Sebagai Basis Pembinaan Bahasa
Dunia pendidikan yang syarat pembelajaran dengan media bahasa menjadikan bahasa sebagai alat komunikasi yang primer. Sejalan dengan hal tersebut, bahasa baku merupakan simbol dalam dunia pendidikan dan cendekiawan. Penguasaan Bahasa Indonesia yang maksimal dapat dicapai jika fundasinya diletakkan dengan kokoh di rumah dan di sekolah mulai TK (Taman Kanak-kanak) sampai PT (Perguruan Tinggi). Akan tetapi, fundasi ini pada umumnya tidak tercapai. Di berbagai daerah, situasi kedwibahasaan merupakan kendala. Para guru kurang menguasai prinsip-prinsip perkembangan bahasa anak sehingga kurang mampu memberikan pelajaran bahasa Indonesia yang serasi dan efektif.
Bahasa baku sebagai simbol masyarakat akademis dapat dijadikan sarana pembinaan bahasa yang dilakukan oleh para pendidik. Para pakar kebahasaan, misalnya Keraf, 1979:19; Badudu, 1985:18; Kridalaksana, 1987:4-5; Sugono, 1994:8, Sabariyanto, 2001:3; Finoza, 2002:7; Alwi dkk., (eds.) 2003:5; serta Arifin dan Amran, 2004:20 memberikan batasan bahwa bahasa Indonesia baku merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam dunia pendidikan berupa buku pelajaran, buku-buku ilmiah, dalam pertemuan resmi, administrasi negara, perundang-undangan, dan wacana teknis yang harus digunakan sesuai dengan kaidah bahasa yang meliputi kaidah fonologis, morfologis, sintaktis, kewacanaan, dan semantis.
Rusyana, 1984:152 menyatakan bahwa dalam membina masyarakat akademik, penggunaan bahasa yang tidak baik dan tidak benar akan menimbulkan masalah. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dianggap mempunyai peranan dalam menuju arah pembangunan masyarakat akademik idaman.
b) Perlunya Pemahaman Terhadap Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Kurangnya pemahaman terhadap variasi pemakaian bahasa berimbas pada kesalahan penerapan berbahasa. Secara umum dan nyata perlu adanya kesesuaian antara bahasa yang dipakai dengan tempat berbahasa. Tolok ukur variasi pemakaian bahasa adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan parameter situasi. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma yang berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia (Sugono, 1994: 8).
1. Bahasa Indonesia yang Baik
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang tidak terlalu terikat pada patokan. Dalam situasi formal seperti kuliah, seminar, dan pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal yang selalu memperhatikan norma bahasa.
2. Bahasa Indonesia yang Benar
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata ditaati secara konsisten, pemakaian bahasa dikatakan benar. Sebaliknya jika kaidah-kaidah bahasa kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar atau tidak baku.
Hymes (1974) dalam Chaer (1994:63) mengatakan bahwa suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsur yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni :
1) Setting and Scene, yaitu unsur yang berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya percakapan. Contohnya, percakapan yang terjadi di kantin sekolah pada waktu istirahat tentu berbeda dengan yang terjadi di kelas ketika pelajaran berlangsung.
2) Participants, yaitu orang- orang yang terlibat dalam percakapan. Contohnya, antara karyawan dengan pimpinan. Percakapan antara karyawan dan pimpinan ini tentu berbeda kalau partisipannya bukan karyawan dan pimpinan, melainkan antara karyawan dengan karyawan.
3) Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan. Misalnya, seorang guru bertujuan menerangkan pelajaran bahasa Indonesia secara menarik, tetapi hasilnya sebaliknya, murid-murid bosan karena mereka tidak berminat dengan pelajaran bahasa.
4) Act Sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan. Misalnya dalam kalimat:
a. Act Sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan. Misalnya dalam kalimat:
b. Sinta berkata dalam hati, semoga dia diterima di perguruan tinggi negeri.
Perkataan “Semoga aku diterima di perguruan tinggi negeri” pada kalimat (a) adalah bentuk percakapan, sedangkan kalimat (b) adalah contoh isi percakapan.
5) Key, yaitu menunjuk pada cara atau semangat dalam melaksanakan percakapan.
6) Instrumentalities, yaitu yang menunjuk pada jalur percakapan apakah secara lisan atau bukan.
7) Norm, yaitu yang menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan.
8) Genres, yaitu yang menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan.
c) Diperlukan Adanya Undang-Undang Kebahasaan
Masih teringat pada benak kita beberapa tahun lalu pemerintah mencanangkan undang-undang tentang penggunaan bahasa Indonesia yang mengharamkan penggunaan bahasa asing di ruang umum. Hal tersebut menggambarkan kerja pemerintah yang dinilai masih setengah-setengah terhadap bahasa bangsa sendiri.
Dengan adanya undang-undang penggunaan bahasa diarapkan masyarakat Indonesia mampu menaati kaidahnya agar tidak mencintai bahasa negara lain di negeri sendiri. Sebagai contoh nyata, banyak orang asing yang belajar bahasa Indonesia merasa bingung saat mereka berbicara langsung dengan orang Indonesia asli, karena Bahasa yang mereka pakai adalah formal, sedangkan kebanyakan orang Indonesia berbicara dengan bahasa informal dan gaul.
d) Peran Variasi Bahasa dan Penggunaannya
Variasi bahasa terjadi akibat adanya keberagaman penutur dalam wilayah yang sangat luas. Penggunaan variasi bahasa harus disesuaikan dengan tempatnya (diglosia), yaitu antara bahasa resmi atau bahasa tidak resmi.
1. Variasi bahasa tinggi (resmi) digunakan dalam situasi resmi seperti, pidato kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, khotbah, suat menyurat resmi, dan buku pelajaran. Variasi bahasa tinggi harus dipelajari melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah.
2. Variasi bahasa rendah digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di rumah, di warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi dan catatan untuk dirinya sendiri. Variasi bahasa ini dipelajari secara langsung dalam masyarakat umum, dan tidak pernah dalam pendidikan formal.
e) Menjunjung Tinggi Bahasa Indonesia di Negeri Sendiri
Sebenarnya apabila kita mendalami bahasa menurut fungsinya yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, maka bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama dan utama di negara Republik Indonesia.
Bahasa daerah yang berada dalam wilayah republik bertugas sebagai penunjang bahasa nasional, sumber bahan pengembangan bahasa nasional, dan bahasa pengantar pembantu pada tingkat permulaan di sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain. Jadi, bahasa-bahasa daerah ini secara sosial politik merupakan bahasa kedua.
Pembuatan tulisan ini yang berjudul “ Variasi dan Penggunaan Bahasa Indonesia Beserta Pengaruhnya“ betujuan untuk :
a) Mengetahui penyebab variasi penggunaan bahasa asing di Indonesia
b)Mengetahui cara penyegahan pergeseran pemakaian bahasa Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sebab-sebab Terjadinya variasi penggunaan bahasa asing di Indonesia
a) Interferensi
Heterogenitas Indonesia dan disepakatinya bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional berimplikasi bahwa kewibawaan akan berkembang dalam masyarakat. Perkembanngan ini tentu menjadi masalah tersendiri yang perlu mendapat perhatian, kedwibahasaan, bahkan kemultibahasaan adalah suatu kecenderungan yang akan terus berkembang sebagai akibat globalisasi. Di samping segi positifnya, situasi kebahasaan seperti itu berdampak negatif terhadap penguasaan Bahasa Indonesia. Bahasa daerah masih menjadi proporsi utama dalam komunikasi resmi sehingga rasa cinta terhadap bahasa Indonesia harus terkalahkan oleh bahasa daerah.
Alwi, dkk.(eds.) (2003: 9), menyatakan bahwa banyaknya unsur pungutan dari bahasa Jawa, misalnya dianggap pemerkayaan bahasa Indonesia, tetapi masuknya unsur pungutan bahasa Inggris oleh sebagian orang dianggap pencemaran keaslian dan kemurnian bahasa kita. Hal tersebut yang menjadi sebab adanya interferensi. Chaer (1994: 66) memberikan batasan interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan itu.
Selain bahasa daerah, bahasa asing (baca Inggris) bagi sebagian kecil orang Indonesia ditempatkan di atas bahasa Indonesia. Faktor yang menyebabkan timbulnya sikap tersebut adalah pandangan sosial ekonomi dan bisnis. Penguasaan bahasa Inggris yang baik menjanjikan kedudukan dan taraf sosial ekonomi yang jauh lebih baik daripada hanya menguasai bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Inggris di ruang umum telah menjadi kebiasaan yang sudah tidak terelakkan lagi. Hal tersebut mengkibatkan lunturnya bahasa dan budaya Indonesia yang secara perlahan tetapi pasti telah menjadi bahasa primadona. Misalnya, masyarakat lebih cenderung memilih “pull” untuk “dorong” dan “push” untuk “tarik”, serta “welcome” untuk “selamat datang”.
Sikap terhadap bahasa Indonesia yang kurang baik terhadap kemampuan berbahasa Indonesia di berbagai kalangan, baik lapisan bawah, menengah, dan atas; bahkan kalangan intelektual. Akan tetapi, kurangnya kemampuan berbahasa Indonesia pada golongan atas dan kelompok intelektual terletak pada sikap meremehkan dan kurang menghargai serta tidak mempunyai rasa bangga terhadap bahasa Indonesia.
b) Integrasi
Selain interferensi, integrasi juga dianggap sebagai pencemar terhadap bahasa Indonesia. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Proses integrasi ini tentunya memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya. Contoh kata yang berintegrasi antara lain montir, riset, sopir, dongkrak.
c) Alih Kode dan Campur Kode
Alih kode ( code swiching) dan campur kode (code mixing) merupakan dua buah masalah dalam masyarakat yang multilingual. Peristiwa campur kode dan alih kode disebabkan karena penguasaan ragam formal bahasa Indonesia.
Alih kode adalah beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai (Chaer, 1994: 69). Di antara ke dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun campur kode gejala yang sering merusak bahasa Indonesia adalah campur kode. Biasanya dalam berbicara dalam bahasa Indonesia dicampurkan dengan unsur-unsur bahasa daerah. Sebaliknya juga bisa terjadi dalam berbahasa daerah tercampur unsur-unsur bahasa Indonesia. Dalam kalangan orang terpelajar seringkali bahasa Indonesia dicampur dengan unsur-unsur bahasa Inggris.
B. Langkah-langkah Pencegahan Pergeseran Pemakaian bahasa Indonesia
a) Menjadikan Lembaga Pendidikan Sebagai Basis Pembinaan Bahasa
Dunia pendidikan yang syarat pembelajaran dengan media bahasa menjadikan bahasa sebagai alat komunikasi yang primer. Sejalan dengan hal tersebut, bahasa baku merupakan simbol dalam dunia pendidikan dan cendekiawan. Penguasaan Bahasa Indonesia yang maksimal dapat dicapai jika fundasinya diletakkan dengan kokoh di rumah dan di sekolah mulai TK (Taman Kanak-kanak) sampai PT (Perguruan Tinggi). Akan tetapi, fundasi ini pada umumnya tidak tercapai. Di berbagai daerah, situasi kedwibahasaan merupakan kendala. Para guru kurang menguasai prinsip-prinsip perkembangan bahasa anak sehingga kurang mampu memberikan pelajaran bahasa Indonesia yang serasi dan efektif.
Bahasa baku sebagai simbol masyarakat akademis dapat dijadikan sarana pembinaan bahasa yang dilakukan oleh para pendidik. Para pakar kebahasaan, misalnya Keraf, 1979:19; Badudu, 1985:18; Kridalaksana, 1987:4-5; Sugono, 1994:8, Sabariyanto, 2001:3; Finoza, 2002:7; Alwi dkk., (eds.) 2003:5; serta Arifin dan Amran, 2004:20 memberikan batasan bahwa bahasa Indonesia baku merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam dunia pendidikan berupa buku pelajaran, buku-buku ilmiah, dalam pertemuan resmi, administrasi negara, perundang-undangan, dan wacana teknis yang harus digunakan sesuai dengan kaidah bahasa yang meliputi kaidah fonologis, morfologis, sintaktis, kewacanaan, dan semantis.
Rusyana, 1984:152 menyatakan bahwa dalam membina masyarakat akademik, penggunaan bahasa yang tidak baik dan tidak benar akan menimbulkan masalah. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dianggap mempunyai peranan dalam menuju arah pembangunan masyarakat akademik idaman.
b) Perlunya Pemahaman Terhadap Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Kurangnya pemahaman terhadap variasi pemakaian bahasa berimbas pada kesalahan penerapan berbahasa. Secara umum dan nyata perlu adanya kesesuaian antara bahasa yang dipakai dengan tempat berbahasa. Tolok ukur variasi pemakaian bahasa adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan parameter situasi. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma yang berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia (Sugono, 1994: 8).
1. Bahasa Indonesia yang Baik
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang tidak terlalu terikat pada patokan. Dalam situasi formal seperti kuliah, seminar, dan pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal yang selalu memperhatikan norma bahasa.
2. Bahasa Indonesia yang Benar
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata ditaati secara konsisten, pemakaian bahasa dikatakan benar. Sebaliknya jika kaidah-kaidah bahasa kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar atau tidak baku.
Hymes (1974) dalam Chaer (1994:63) mengatakan bahwa suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsur yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni :
1) Setting and Scene, yaitu unsur yang berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya percakapan. Contohnya, percakapan yang terjadi di kantin sekolah pada waktu istirahat tentu berbeda dengan yang terjadi di kelas ketika pelajaran berlangsung.
2) Participants, yaitu orang- orang yang terlibat dalam percakapan. Contohnya, antara karyawan dengan pimpinan. Percakapan antara karyawan dan pimpinan ini tentu berbeda kalau partisipannya bukan karyawan dan pimpinan, melainkan antara karyawan dengan karyawan.
3) Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan. Misalnya, seorang guru bertujuan menerangkan pelajaran bahasa Indonesia secara menarik, tetapi hasilnya sebaliknya, murid-murid bosan karena mereka tidak berminat dengan pelajaran bahasa.
4) Act Sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan. Misalnya dalam kalimat:
a. Act Sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan. Misalnya dalam kalimat:
b. Sinta berkata dalam hati, semoga dia diterima di perguruan tinggi negeri.
Perkataan “Semoga aku diterima di perguruan tinggi negeri” pada kalimat (a) adalah bentuk percakapan, sedangkan kalimat (b) adalah contoh isi percakapan.
5) Key, yaitu menunjuk pada cara atau semangat dalam melaksanakan percakapan.
6) Instrumentalities, yaitu yang menunjuk pada jalur percakapan apakah secara lisan atau bukan.
7) Norm, yaitu yang menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan.
8) Genres, yaitu yang menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan.
c) Diperlukan Adanya Undang-Undang Kebahasaan
Masih teringat pada benak kita beberapa tahun lalu pemerintah mencanangkan undang-undang tentang penggunaan bahasa Indonesia yang mengharamkan penggunaan bahasa asing di ruang umum. Hal tersebut menggambarkan kerja pemerintah yang dinilai masih setengah-setengah terhadap bahasa bangsa sendiri.
Dengan adanya undang-undang penggunaan bahasa diarapkan masyarakat Indonesia mampu menaati kaidahnya agar tidak mencintai bahasa negara lain di negeri sendiri. Sebagai contoh nyata, banyak orang asing yang belajar bahasa Indonesia merasa bingung saat mereka berbicara langsung dengan orang Indonesia asli, karena Bahasa yang mereka pakai adalah formal, sedangkan kebanyakan orang Indonesia berbicara dengan bahasa informal dan gaul.
d) Peran Variasi Bahasa dan Penggunaannya
Variasi bahasa terjadi akibat adanya keberagaman penutur dalam wilayah yang sangat luas. Penggunaan variasi bahasa harus disesuaikan dengan tempatnya (diglosia), yaitu antara bahasa resmi atau bahasa tidak resmi.
1. Variasi bahasa tinggi (resmi) digunakan dalam situasi resmi seperti, pidato kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, khotbah, suat menyurat resmi, dan buku pelajaran. Variasi bahasa tinggi harus dipelajari melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah.
2. Variasi bahasa rendah digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di rumah, di warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi dan catatan untuk dirinya sendiri. Variasi bahasa ini dipelajari secara langsung dalam masyarakat umum, dan tidak pernah dalam pendidikan formal.
e) Menjunjung Tinggi Bahasa Indonesia di Negeri Sendiri
Sebenarnya apabila kita mendalami bahasa menurut fungsinya yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, maka bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama dan utama di negara Republik Indonesia.
Bahasa daerah yang berada dalam wilayah republik bertugas sebagai penunjang bahasa nasional, sumber bahan pengembangan bahasa nasional, dan bahasa pengantar pembantu pada tingkat permulaan di sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain. Jadi, bahasa-bahasa daerah ini secara sosial politik merupakan bahasa kedua.
BAB III
CONTOH DARI PENGARUH BAHASA ASING
TERHADAP BAHASA INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Semua manusia termasuk mereka yang hidup di daerah terpencil menggunakan bahasa untuk saling berkomunikasi. Bahasa menjadi sangat penting karena apapun yang dilakukan oleh manusia ketika berinteraksi dengan sesamanya adalah dengan media ini. Manusia saling berinteraksi dengan sesamanya dengan berbicara. Berbicara langsung (dengan lisan) dengan saling bertatap muka, berbicara melalui telepon atau mungkin cukup dengan menggunakan fasilitas handphone, dengan sms, misalnya.
Anggapan bangsa kita yang seperti itu sebenarnya adalah anggapan yang keliru. Kita seharusnya mengambil falsafah orang Jepang yang dalam belajar bahasa kedua mereka beranggapan ‘get the content, leave lhe language behind’ (dapatkan ide yang ada dalam bahasa tersebut dan tinggalkan bahasa asing tersebut). Mereka berkeyakinan bahwa tanpa menguasai bahasa Inggris pun, mereka akan sanggup menjadi bangsa yang besar. Dengan menterjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan ke dalam bahasa sendiri tentu akan lebih membawa manfaat karena akan lebih mudah dibaca oleh masyarakat kita, daripada harus sibuk membaca buku-buku barat dengan menyanding kamus besar bahasa Inggris.
Mungkin bahasa inggris saat ini memang sangat dominan, karena saat ini memang saat globalisasi dan bahasa inggris juga menjadi bahasa internasional, tapi kalau kita terlalu mengutamakan bahasa inggris, bagaimana bengan bahasa pemersatu kita, bahasa Indonesia? Dan bahasa yang sudah kita bawa sejak lahir yaitu bahasa daerah? Apakah kita dengan begitu saja melupakan, kalau semua masyarakat sudah menganggap bahasa inggris adalah yang paling penting.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Dilihat dari penjelasan dan latar belakang yang penulis sampaikan diatas, maka saya mengajukan permasalahan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimanakah pengaruh penggunaan bahasa asing terhadap bahasa Indonesia ?
1.2.2 Apakah dampak penggunaan bahasa inggris terhadap sikap nasionalisme bangsa dalam
berbahasa indonesia?
1.2.3 Bagaimana upaya mempertahankan bahasa Indonesia?
1.3 TUJUAN
1.3.1 untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahasa inggris terhadap bahasa Indonesia atau bahasa daerah
1.3.2 untuk mengetahui dampak positif dan negative penggunaan bahasa inggris terhadap bangsa dalam berbahasa indonesia
1.3.3 untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mempertahankan bahasa Indonesia.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh Penggunaan Bahasa Inggris Terhadap Bahasa Indonesia atau Bahasa Daerah.
Pada masa sekarang ini, bahasa inggris sepertinya sangat diminati oleh masyarakat, bukan saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh penjuru dunia. Karena saat ini adalah masa globalisasi, dan bahasa inggris adalah bahasa yang digunakan dalam bahasa internasional.
Bahasa inggris juga dapat menghilangkan identitas bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dan juga bahasa kesatuan Republik Indonesia, sebagai alat pemersatu bangsa, yang sudah sedikit dilupakan oleh masyarakat Indonesia. Bahasa Indonesia sangat diperlukan dalam Negara kita. Kalau tidak ada bahasa Indonesia maka kita tidak dapat memproklamasikan kemerdekaan kita.
Pengaruh yang ada telah membuat bahasa Indonesia terpinggirkan, bahkan di negaranya sendiri, di kalangan masyarakat dan pelajar. Masyarakat kita menyepelekan bahasa Indonesia dan mengagungkan bahasa-bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Spanyol, Jepang, Arab, Perancis atau Mandarin. Keadaan yang begitu berlawanan dengan sejarah awal perkembangan bahasa Indonesia, saat para pemuda dan rakyat Indonesia dulu sangat menjunjung nilai-nilai kebangsaan dan budaya bangsa. Satu hal yang menjadi ironi lagi adalah bahwa kasus ketidaklulusan ujian nasional pelajar kita adalah karena menyepelekan pelajaran bahasa Indonesia yang menjadi salah satu mata pelajaran yang diujikan.
Bahkan sekarang ini, orang-orang yang berkelas menengah atas pun sibuk untuk mencarikan anak-anaknya bimbingan bahasa inggris. Bagi pemerolehan bahasa anak dan juga pada pribadi anak yang menjadi tidak begitu mengenal bahasa Indonesia atau bahkan bahasa daerah sebagai bahasa yang ia kenal pertama kali dalam hidupnya. Seperti itulah sedikit gambaran bahasa inggris yang sekarang sudah lebih diutamakan.
Namun ada juga pendapat lain dari responden, yaitu bahasa inggris tidak berpengaruh apa-apa dalam bahasa Indonesia, karena bahasa inggris memang bahasa internasional, menggunakan bahasa inggris seperti memang sudah tuntutan perkembangan jaman saat ini.
3.2 Dampak Bahasa Inggris Terhadap Sikap Nasionalisme Berbahasa Indonesia.
Segala sesuatu pasti menimbulkan dampak positif dan negative, tidak terkecuali dengan judul yang penulis angkat yaitu pengaruh bahasa inggris terhadap sikap nasionalisme berbahasa Indonesia. Dari penyebaran angket, penulis dapat mengetahui dampak positif dan negative,dari keterangan penulis telah menganalisis seperti di bawah ini:
1. Dampak positif:
Ø Dapat mengikuti perkembangan di dunia
Karena bahasa inggris adalah bahasa internasioanal, maka kita dapat lebih mudah mengikuti perlembangan di dunia dengan dapat menggunakan bahasa inggris.
Ø Perkembangan bahasa Indonesia yang akan mengikuti saluran perdangan internasioanal menjadi lancar.
2. Dampak negative
v Menggeser bahasa Indonesia jika orang-orang lebih mengutamakan bahasa inggris
Saat ini masyarakat lebih banyak menggunakan bahasa inggris, terlebih lagi para pelajar lebih banyak ikut kursus bahasa inggris inggris dari pada bahasa Indonesia, maka dengan demikian bahasa Indonesia lama-kelamaan akan tergeser oleh bahasa inggris.
3.3 Cara Supaya Sikap Nasionalisme Berbahasa Indonesia Tidak Berkurang
Saat masyarakat lebih banyak menggunakan bahasa inggris, maka secara langsung uataupun tidak langsung sikap nasionalisme terhadap bahasa Indonesia/ bahasa daerah sedikit demi sedikit akan berkurang. Ada beberapa cara supaya sikap nasonalisme berbahasa Indonesia tidak berkurang dari masyarakat Indonesia, dan para responden telah memberikan pendapatnya seperti yang ada di bawah ini,
a. Tambahan untuk pelajaran bahasa indonesia
Tambahan pelajaran untuk pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah akan membuat para siswa lebih dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Selain itu siswa juga lebih dapat menguasai bahasa Indonesia.
b. Pelajaran bahasa daerah dihidupkan kembali
Pada saat ini, di sekolah-sekolah SMP DAN SMA sudah jarang sekali kita temui pelajaran bahasa daerah, atau mungkin juga sudah tidak ada pelajaran bahadsa daerah. Bahasa daerah sekarang hanya dipergunakan di Sekolah Dasar, itupun tidak semua Sekolah Dasar ada mata pelajaran bahasa daerah. Sehingga bahasa daerah sudah banyak digunakan.
c. Lebih mengutamakan bahasa Indonesia dari pada bahasa inggris.
Masyarakat lebih mengutamakan bahasa Indonesia, lebih dapat menguasai bahasa pemersatu bangsa Indonesia, sebelum kita belajar bahasa asing, bahasa inggris. Sehingga bahasa Indonesia tetap menjadi yang no 1, yang utama bagi bangsa indonesia
d. Lebih dapat mencintai bahasa Indonesia/bahasa daerah
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang telah diciptakan oleh para putra bangsa, dan telah disepakati oleh para pahlawan-pahlawan indonesia. Bangsa Indonesia harus lebih mencintai dan menghargai bahasa Indonesia. Walaupun belajar bahasa asing, namun nilai-nilai budaya bahasa Indonesia/bahasa daerah tidak boleh ditinggalkan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Dengan masyarakat lebih mementingkan bahasa inggris, maka bahasa Indonesia atau bahasa daerah akan lebih dikesampingkan
4.1.2 Bahasa inggris berdampak positif dan negative terhadap bahasa Indonesia. Dampak positifnya, bangsa Indonesia dapat mengikuti perkembangan internasional dengan lancar. Dan dampak negatifnya, bahasa Indonesia sedikit demi sedikit akan tergeser dengan bahasa inggris.
4.1.3 cara supaya sikap nasionalisme berbahasa Indonesia tidak berkurang yaitu dengan tambahan pelajaran untuk bahasa Indonesia dan bahasa daerah, lebih cinta terhadap bahasa Indonesia, dll
4.2 Saran
4.2.1 masyarakat lebih mencintai bahasa indonesia
4.2.2 walaupun kita belajar bahasa asing, namun kita tidak melupakan nilai-nilai yang ada dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah
4.2.3 bahasa Indonesia dan bahasa daerah lebih diutamakan dalam pendidikan formal
4.2.4 masyarakat tidak boleh mengenyampingkan bahasa daerah, Negara Indonesia mempunyai bermacam-macam bahasa daerah, dan itu yang memjadi cirri dari Negara Indonesia, dan dipersatukan oleh bahasa indonesia
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com pengaruh globalisasi terhadap bahasa indoesia
Marheni, Mpd. 2005. Buku Tuntunan Membuat Karya Ilmiah. Mojokerto
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia dianggap asebagai penyimpangan terhadap bahasa. Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam masyarakat.
Salah satu kebijakan untuk tetap melestarikan bahasa nasional adalah pemerintah bersama segenap lapisan masyarakat menjunjung tinggi bahasa Indonesia agar tetap menjadi bahasayang dapat dibanggakan dan sejajar dengan bahasa-bahasa di seluruh dunia.
B. Saran
Bahasa Indonesia sekarang ini sudah tercampur dengan bahasa-bahasa asing. Berbagai alasan menghampiri kenapa warga Indonesia lebih suka menggunakan bahasa asing dari pada bahasa Indonesia, salah satu alasannya karena menurut mereka menggunakan bahasa asing lebih memiliki nilai. Bahkan kita mencari pekerjaanpun banyak yang mensyaratkan harus menguasai bahasa asing terutama bahasa inggris.
Kita sebagai warga Indonesia khususnya sebagai mahasiswa sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Kitapun harus memupuk diri kita serta generasi muda lainnya agar bangga terhadap bahasa Indonesia sehingga bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
• Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowipjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Moeliono (eds). 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
• Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai.2004. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.
• Sabariyanto, Dirgo. 2001. Kebakuan dan Ketidakbakuan dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
• Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
mantavv
BalasHapusSip
BalasHapusTrimakasih.
BalasHapusSangar sangar
BalasHapus